Bid'ah dalam Islam

Kembali kepada Keutuhan dalam Beragama

Oleh : Al Ustadz Ali Basuki, Lc (KHUTBAH IEDUL FITRI di Masjid Fatahillah Depok)
إن الحمد لله نحمده ونستعين به ونستغفره ؛ ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ، ومن يضلل فلا هادي له ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له . وأشهد ان محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم .
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَيقِباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
فإن أصدق الحديث كلام الله تعالى ، وخير الهدي هدي محمد صلي الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم ، وشر الأمور محدثاتها ، وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang tunduk kepada-Nya seluruh alam semesta, Shalawat dan Salam semoga selalu tecurahkan kepada Penutup para Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Asmaullah menggema dengan penuh keagungan di seluruh permukaan bumi, Allahu Akbar Allahu Akbar laa ilaahaillahu wallahu akbar wa lillahi alhamd. Untaian kalimat-kalimat yang agung nan suci, yang seharusnya menggetarkan jiwa-sanubari seorang muslim sehingga terus tehunjam dan kokoh Ke-Esaan dan kebesaran Allah dalam sepanjang kehidupannya tanpa adanya keraguan, Allah befirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ آمَنُوا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 15)


Tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah dan tauhid asma wa sifat, merupakan keutuhan dari kesempurnaan makna tauhid yang suci, yang akan menghantarkan seorang hamba untuk tunduk, pasrah, mengharap, takut, berdoa, dan bertawakal hanya kepada-Nya, Allah befirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيْمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kapada Rabb-nyalah mereka bertawakal.” (Al-Anfal: 2)
Jiwa yang tunduk kepada Allah akan berupaya untuk lari, menjauh, membenci,dan memusuhi segala bentuk kesyirikan, Allah berfirman:
حُنَفَاءَ لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِيْنَ بِهِ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيْحُ فِي مَكَانٍ سَحِيْقٍ


“Dengan ikhlas kepada Allah dan tidak menyekutukan Allah. Dan barangsiapa menyekutukan Allah maka dia seakan-akan jatuh dari langit kemudian disambar oleh burung atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang sangat jauh.” (Al-Hajj: 31)
Seorang Muslim yang mukhlis harus lari dari segala bentuk kesyirikan dan kekufuran; peribadatan kepada selain Allah, pengingkaran sifat- sifat Allah, perdukunan, pengkultusan selain Allah, dan berbagai bentuk kesyrikan dan kekufuran yang lainnya, karena Allah mengancam:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88)
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍ


“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempat kembalinya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (Al-Ma`idah: 72)
Seorang Muwahid akan senatiasa tunduk dan cinta kepada seluruh perintah Allah dan Rasulnya. Hatinya lapang dan damai dengan Islam, Allah berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali ‘Imran: 31)
Mereka senatiasa takut menyelisihi perintah-Nya:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (An-Nur: 63)


Mereka sadar dan yakin bahwa menyelisihi agama berarti enggan masuk surga, Rasulullah bersabda:
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

“Seluruh umatku akan masuk jannah, kecuali yang enggan.” Maka dikatakan: “Wahai Rasulullah, siapa yang enggan?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang menaatiku maka dia pasti masuk jannah, sedangkan barangsiapa yang mendurhakaiku maka sungguh dia telah enggan (masuk jannah).” (HR. Al-Bukhari, Kitabul I’tisham bil Kitabi was Sunnah, Bab Al-Iqtida` bi Sunani Rasulillah, no. 6737)
Hadirin Rahimani wa rahimakumullah!
Bagi seorang Muwahid, Bid’ah merupakan ancaman yang mengerikan, karena Rasulullah bersabda:
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Semua bid’ah itu sesat.” (HR. Muslim, Kitabul Jum’ah, no. 2002)
لَعَنَ اللهُ مَنْ آوَى مُحْدِثاً
“Allah melaknati orang yang melindungi bid’ah.” (HR. Muslim, Kitabul Adhahi, Bab Tahrim Adz-Dzabh Lighairillah, no. 5096)
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ
“Dan jauhi oleh kalian perkara-perkara baru (yakni dalam agama) karena semua bid’ah itu sesat, dan semua kesesatan di neraka.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
:Abdullah bin Mas’ud Rhadiyallahu ‘Anhu berkata,
اتبعوا ولا تبتدعوا فقد كفيتم


“Ikutilah dan jangan mengada-ngada, syariat ini sudah cukup”
Berkata Mu’adz bin Jabal Rhadiyallahu ‘Anhu,
تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ قَبْلَ أَنْ يرفع ، وَرفعهُ أَنْ يَذْهَبَ أَهْلُهُ ، أَلاَ وَإِيَّاكُمْ وَالتَّنَطُّعَ وَالتَّعَمُّقَ وَالتَّبَدُّعَ ، وَعَلَيْكُمْ بِالْعَتِيقِ
Pelajarilah ilmu sebelum diangkat, dan diangkatnya ilmu adalah dengan perginya para ulama, dan jauhilah oleh kalian memaksakan diri dalam beragama, dan ikutilah ajaran Islam yang pertama”.
Dan Al Imam Al ‘Auza’i juga mewasiatkan,
اصبر نفسك على السنة وقف حيث وقف القوم وقل بما قالوا وكف عما كفوا عنه واسلك سبيل سلفك الصالح فإنه يسعك ما يسعهم

“Sabarkan dirimu di atas sunnah, bersikaplah seperti halnya para shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, berpendapatlah dengan pendapat mereka dan tahanlah dirimu dari hal-hal yang mereka jauhi, tempuhlah jalan pendahulumu yang shalih, karena sesungguhnya agama ini cukup bagimu
sebagaimana cukup bagi mereka”
Meniti jalan salafussholih, merupakan langkah kehidupan yang tidak boleh terpisahkan bagi seorang Muwahid, karena jalan mereka adalah jalan yang di ridhoi Allah, Allah berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah: 100)
Rasulullah mengingatkan dalam sabdanya:
خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
Penjagaan dan pertolongan Allah akan senatiasa diberikan kepada mereka yang yakin serta istiqomah dalam meniti jalan:


لاَ يَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِـي ظَاهِرِيْنَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ

“Akan selalu ada sekelompok orang dari umatku yang unggul/menang hingga tiba pada mereka keputusan Allah, dan mereka adalah orang-orang yang unggul/menang.” (Shahih Al-Bukhari, no. 7311)
Kaum Muslimin Rahimani wa rahimakumullah!
Seorang muwahid akan senantiasa menjauh dari segala yang diharamkan Allah. Mereka yakin dosa besar ataupun dosa kecil pasti akan menyesakkan dada dan mendekatkan kepada adzab-Nya, Allah berfirman:
وَمَنْ يُهِنِ اللهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ

“Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya.” (Al-Hajj: 18)
Menjauh dan lari dari dosa besar merupakan upaya yang tidak boleh kendor bagi seorang Muslim, karena menjauh dari dosa-dosa besar mendatangkan ampunan, Allah berfirman:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلاً كَرِيْمًا

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (An-Nisa`: 31)
Tetapi ingat! janganlah kita meremehkan dosa-dosa kecil, Rasulullah bersabda:
 
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ كَمَثَلِ قَوْمٍ نَزَلُوا بَطْنَ وَادٍ، فَجَاءَ ذَا بِعُوْدٍ وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ، حَتَّى حَمَلُوا مَا انْضَجُّوا بِهِ خُبْزَهُمْ وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ

“Berhati-hatilah kalian dari dosa-dosa kecil. Karena perumpamaan dosa kecil seperti suatu kaum yang singgah pada suatu lembah lalu datang seorang dengan membawa satu dahan (kayu bakar) dan yang lain (juga) membawa satu dahan hingga mereka telah mengumpulkan sesuatu yang bisa menjadikan roti mereka matang. Dan sesungguhnya dosa-dosa kecil, ketika pelakunya diadzab dengannya maka akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, Ath-Thabarani, dan lain-lain dari jalan Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ no. 2686)
Kaum Muslimin Rahimani wa rahimakumullah!
Kita harus sadar bahwa gelombang syahwat dan syubhat sangatlah kuat, Rasulullah bersabda
“Bersegeralah kalian menuju amal shaleh karena akan terjadi fitnah-fitnah seperti potongan gelapnya malam, di mana seorang mukmin bila berada di waktu pagi dalam keadaan beriman maka di sore harinya menjadi kafir dan jika di sore hari dia beriman maka di pagi harinya dia menjadi kafir dan dia melelang agamanya dengan harta benda dunia.” (Shahih, HR Muslim no.117 dan Tirmidzi)
Orang-orang kafir dan kaum munafiqin terus akan berupaya untuk memperdaya kaum Muslimin dengan beragam kekufuran dan kemaksiatan yang akan mereka serukan dan tawarkan kepada Umat Rasulullah ini, dan ingatlah bahwa mereka tidak akan menginginkan kebaikan kepada kita sedikitpun. Allah berfirman:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha kepadamu sampai engkau mau mengikuti agama mereka.” (Al-Baqarah: 120)
Saat ini! diantara makar busuk mereka untuk merusak agama, ditawarkan kepada kaum Muslimin; pluralisme dan inklusivisme, dalam keadaan Allah telah mengingatkan:
إِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللَّهِ اْلإِسْلاَمُ
“Sesungguhnya agama (yang diterima) di sisi Allah adalah agama Islam.” (Ali Imran: 19)
Kaum Muslimin Rahimani wa rahimakumullah!
Ingatlah bahwa istri-istri dan anak-anak kita merupakan sasaran penghancuran kaum pengekor hawa nafsu. Emansipasi atau deislamisasi adalah sebagian gerakan peruntuh kehormatan wanita Muslimah. Maka jagalah mereka! Amanah Allah yang besar, Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adhaah manusia dan batu.” (At-Tahrim: 6)

Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيْهِ اللهُ رَعِيَّةً يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Tidaklah seorang hamba -yang diberi wewenang oleh Allah dalam mengatur bawahannya- kemudian dia meninggal, di hari ia meninggal dalam keadaan menipu bawahannya kecuali Allah haramkan atasnya sorga”. HR Al Bukhai dan Muslim
Bagi wanita yang takut Allah, memakai jilbab, menjaga tingkah laku, dan menjaga ketaatan kepada Allah adalah kebahagiaan,
“Katakanlah (ya Muhammad) kepada wanita-wanita yang beriman: hendaklah mereka menundukkan pandangan mata dan menjaga kemaluan mereka, dan jangan menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang biasa nampak darinya. Hendaklah mereka meletakkan dan menjulurkan kerudung di atas kerah baju mereka (dada-dada mereka)… (An-Nuur: 31)
وَقَرْنَ فِي بُيُوْتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُوْلَى وَأَقِمْنَ الصَّلاَةَ وَآتِيْنَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُوْلَهُ
“Dan tetaplah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj seperti tabarrujnya orang-orang jahiliyyah yang terdahulu, tegaklah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Ahzab: 33)
Ingatlah wahai saudariku:
إِنَّهُ مَن يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيى وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُوْلَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى
“Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Rabb-nya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Dan barangsiapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang mulia”. (QS. Thohä : 74-75)
Rasulullah bersabda:
ارِيْتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ

“Diperlhatkan kepadaku neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah perempuan”. (H.R. Bukhary dan Muslim)
Sungguh Islam mengajarkan keadilan bukan persamaan dalam segala hal.
Hadirin Rahimakumullah!
Pemuda dan masa remaja, merupakan puncak kekuatan fisik yang sangat optimal, sehingga syetan tidak akan melepaskan masa yang indah ini.sadarlah di pundak kalian ada tanggung jawab yang besar dalam agama, maka waspadalah dari segala tipudaya syetan yang akan menggiring kita untuk tunduk kepada hawa nafsu. Ingatlah firman Allah:
“Sesungguhnya nafsu itu selalu memerintahkan kepada yang jelek.” (Yusuf: 53)
Dan ingatlah sabda Rasulullah:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَادِلٌ, وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ, وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلِّقٌ بِالْمَسَاجِدِ, وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ, وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصَبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ, وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمُ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ, وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ


“Ada tujuh golongan yang Allah naungi dalam naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Mereka adalah imam (pemimpin) yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, lelaki yang hatinya selalu terikat/terpaut dengan masjid-masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah mereka berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, (kemudian) seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang punya kedudukan dan kecantikan namun ia berkata, “Sungguh aku takut kepada Allah.” (Yang berikutnya) seorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang berzikir (mengingat) Allah dalam keadaan sendirian lalu mengalir air matanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Tasyabuh atau meniru-niru budaya dan kebiasaan orang-orang kafir merupakan bahaya laten yang sangat berbahaya, khususnya para remaja, Rasulullah bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud dari shahabat Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6025)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah berkata: “Tasyabbuh dengan orang-orang kafir terjadi dalam hal penampilan, pakaian, tempat makan, dan sebagainya karena ia adalah kalimat yang bersifat umum. Dalam artian, bila ada seseorang yang melakukan ciri khas orang-orang kafir, di mana orang yang melihatnya mengira bahwa ia termasuk golongan mereka (maka saat itulah disebut dengan tasyabbuh).” (Majmu’ Durus Wa Fatawa Al-Haramil Makki, 3/367)
Menyelisihi orang-orang kafir mempunyai hikmah yang sangat besar bagi umat Islam. Di antara hikmahnya adalah:
1. Menyelisihi mereka dalam perkara-perkara yang dzahir (penampilan dan akhlak) merupakan suatu maslahat bagi orang-orang yang beriman. Dengan itu, akan tampak perbedaan penampilan yang dapat menjauhkan mereka dari perbuatan-perbuatan para penghuni An-Naar tersebut.
2. Bahwasanya cara/ jalan yang mereka miliki tidak keluar dari dua keadaan: merusak atau mempunyai kelemahan. Karena seluruh amalan yang mereka ada-adakan dalam agama dan juga yang mansukh (terhapus dengan syariat Islam) sifatnya merusak. Sedangkan amalan-amalan mereka yang tidak mansukh mempunyai banyak kelemahan, dan masih mengalami proses penambahan atau pengurangan dalam syariat Islam.
3. Menyelisihi mereka merupakan sebab jayanya agama Islam.
4. Menyelisihi mereka termasuk tujuan utama diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
5. Dengan menyelisihi mereka akan terbedakan antara seorang muslim dengan seorang kafir, dan tidak saling menyerupai satu dengan yang lainnya. (Diringkas dari kitab Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, juz 1 hal. 197, 198, 209, dan 365)
Kaum Muslimin Rahimani wa rahimakumullah!
Insan Muslim yang bertaqwa akan senantiasa menjaga mashlahat dan madharrat dalam kehidupannya. Beramal dengan tanpa ilmu merupakan bencana dan madharrat yang sangat memilukan. Fenomena Terorisme, merupakan keadaan yang sangat menyedihkan. Dipicu semangat beramal, meraih kemulian dan syahid dijalan Allah, membangkitkan sebagian pemuda yang miskin llmu dan lepas dari bimbingan Ulama Ahlussunah, sehingga berani melakukan tindakan-tindakan yang konyol, seperti; anarkhisme, teror, bomber, penghasutan kepada pemerintah dan kenistaan yang lainnya. Rasulullah bersabda:
سَيَخْرُجُ فِى آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الأَحْلاَمِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ فَإِنَّ فِى قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Akan muncul di akhir masa ini nanti sekelompok orang yang umurnya masih muda-muda dan lemah akalnya. Apa yang mereka ucapkan adalah perkataan manusia yang terbaik. Mereka suka membaca al-Qur’an akan tetapi bacaan mereka tidak sampai melewati pangkal tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama seperti halnya anak panah yang melesat dari sasaran bidiknya. Apabila kalian menjumpai mereka maka bunuhlah mereka. Karena sesungguhnya dengan terbunuhnya mereka maka orang yang membunuhnya itu akan mendapat pahala di sisi Allah pada hari kiamat kelak.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu, ini lafaz Muslim)
Hal yang wajib bagi para Ulama dan Da’i untuk memberikan pencerahan kepada umat tentang hakekat terorisme, karena gerakan neo-khawarij ini selalu berhujah dengan kepandiran dalam memahami permasalahan jihad, ayat-ayat perjuangan, dan sisi-pandang yang salah dalam memahi konsep negara Islam. Sehingga kondisi ini menjerumuskan mereka dalam tumpukan dosa yang mengerikan.
Ketahuilah bahwa ketaatan terhadap hal yang ma’ruf kepada pemerintah muslim merupakan bagian landasan agama yang agung. Adanya kekurangan, kesalahan dan pelanggaran hak yang dilakukan penguasa, merupakan keadaan yang harus disikapi dengan ilmu agama.
Salamah bin Yazid al-Ju’fi radhiyallahu’anhu pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Nabi Allah! Bagaimana pendapat anda jika ada pemimpin-pemimpin yang menguasai kami yang meminta agar hak-hak mereka dipenuhi namun mereka menghalangi kami dari mendapatkan hak-hak kami, maka apakah yang anda perintahkan kepada kami di saat seperti itu?” Maka beliau pun berpaling darinya. Lalu dia pun bertanya kembali kepada beliau dan beliau pun berpaling darinya. Lalu dia bertanya untuk kedua atau ketiga kalinya maka al-Asy’ats bin Qais radhiyallahu’anhu pun menariknya seraya mengatakan (ketika itu Nabi hadir dan tidak mengingkari ucapannya, pent),
اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا فَإِنَّمَا عَلَيْهِمْ مَا حُمِّلُوا وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ
“Tetaplah kamu mendengar dan taat. Sesungguhnya dosa yang mereka lakukan itu adalah tanggungan mereka, dan wajib bagi kalian menunaikan apa yang dibebankan kepada kalian.” (HR. Muslim)
Dalam hadits Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menceritakan bahwa akan muncul sesudah beliau wafat para pemimpin yang tidak mengikuti petunjuk dan Sunnah beliau. Di antara mereka terdapat orang-orang yang hatinya adalah hati syaithan yang menjelma di dalam tubuh manusia. Mendengar hal itu Huzdaifah pun bertanya, “Apa yang harus saya lakukan wahai Rasulullah, jika saya menemui hal itu?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam -yang tidak berbicara dengan hawa nafsunya- bersabda,
تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ

“Tetaplah kamu mendengar dan patuh kepada pemimpin, meskipun punggungmu harus dipukuli dan hartamu diambil. Kamu harus bersikap mendengar dan patuh.” (HR. Bukhari dan Muslim, ini lafaz Muslim)
Dari Ummu Salamah radhiyallahu’anha istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Nabi bersabda,
إِنَّهُ يُسْتَعْمَلُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ فَمَنْ كَرِهَ فَقَدْ بَرِئَ وَمَنْ أَنْكَرَ فَقَدْ سَلِمَ وَلَكِنْ مَنْ رَضِىَ وَتَابَعَ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ نُقَاتِلُهُمْ قَالَ « لاَ مَا صَلَّوْا ». أَىْ مَنْ كَرِهَ بِقَلْبِهِ وَأَنْكَرَ بِقَلْبِهِ.

“Sesungguhnya akan menguasai kalian pemimpin-pemimpin yang kalian kenali kekeliruan mereka dan kalian pun mengingkarinya. Barang siapa yang membenci hal itu sungguh dia telah berlepas diri darinya. Dan barang siapa yang mengingkari sungguh telah selamat. Akan tetapi yang salah ialah apabila orang justru meridhai dan setia mengikuti kekeliruannya.” Maka para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah sebaiknya kami perangi saja mereka itu?” Maka beliau menjawab, “Jangan, selama mereka masih melaksanakan sholat.” Arti ungkapan di atas adalah, “Barang siapa yang membenci dengan hatinya dan mengingkari dengan hatinya.” (HR. Muslim)
an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Di dalam hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa barang siapa yang tidak mampu menghilangkan kemungkaran maka dia tidak berdosa semata-mata karena dia bersikap diam. Akan tetapi dia menjadi berdosa apabila dia meridhainya, tidak mau membencinya dengan hati, atau justru dengan setia mengikutinya.” (al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj [6/485] cet. 2003 penerbit Dar Ibn al-Haitsam)
Tetapi ingatlah wahai saudaraku! Bahwa semangat dalam beragama yang terbimbing dengan ilmu agama yang benar, bukanlah pemandangan yang berbahaya atau mengkhawatirkan, bahkan ini adalah kemenangan dan barakah. Baragam Syiar yang dhohir seperti; rajin shalat, berjubah, berjanggut, mengangkat kain diatas mata kaki, cadar dan syiar yang lainnya merupakan ajaran Islam yang murni, bukan simbul kejelakan apalagi simbul terorisme. Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kalian.” (Al-Ahzaab:21)
Perilaku Rasulullah merupakan qudwah dan bimbingan untuk umatnya, kehidupanya adalah tafsir yang utuh terhadap Al-Qur’an. Maka ketika seseorang akan mencontoh Nabinya berarti, dia telah mengambil langkah yang terbaik dan merupakan kemengan.
Kaum Muslimin rahimakumullah!
Dangkalnya pemahaman terhadap agama juga menjerumuskan sebagian manusia dalam perilaku dan sikap yang salah. Tuduhan bahwa da’wah Syeikh Muhammad bin Abdul wahab sebagai akar gerakan terorisme masakini adalah kedholiman dan penghasutan. Tidak ada satupun dari karya beliau yang membimbing untuk bersikap anarkhis apalagi mengajak menjadi neo khawarij.
Dalam sejarah memang ada aliran sesat yang dinamakan gerakan Wahabi yang nota benenya merupakan firqah sempalan Ibadhiyah khawarij yang timbul pada abad kedua hijriyah (jauh sebelum masa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab -ed), yaitu sebutan Wahabi nisbat kepada tokoh sentralnya Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum yang wafat tahun 211 H.
Dalam ambisi untuk menanamkan perpecahan dan permusuhan di tengah Umat Islam, kaum Imperialisme dan kaum munafiq memancing di air keruh dengan menyematkan baju lama (Wahabi) dengan berbagai atribut penyimpangan dan kesesatannya untuk menghantam dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau setiap dakwah mana saja yang mengajak untuk memurnikan Islam. Karena dakwah beliau sanggup merontokkan kebatilan, menghancurkan angan-angan kaum durjana dan melumatkan tahta agen-agen asing, maka dakwah beliau dianggap sebagai penghalang yang mengancam eksistensi mereka di negeri-negeri Islam. Contohnya Inggris menggulirkan isue wahabi di India, Prancis menggulirkan isu wahabi di Afrika Utara, bahkan Mesir menuduh semua kelompok yang menegakkan dakwah tauhid dengan sebutan Wahabi, Italia juga mengipaskan tuduhan wahabi di Libia, dan Belanda di Indonesia, bahkan menuduh Imam Bonjol yang mengobarkan perang Padri sebagai kelompok yang beraliran Wahabi. Semua itu, mereka lakukan karena mereka sangat ketakutan terhadap pengaruh murid-murid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang mengobarkan jihad melawan Imperialisme di masing-masing negeri Islam.
Seakan bola salju yang menggelinding, pencacian terhadap da’wah syeikh Muhammad Bin Abdul wahab menjadi jamuan yang lazim dipasar pemikiran global masakini. Seakan mereka menutup mata bahwa yang diajarkan beliau adalah jalan yang selalu diperjuangkan para Ulama salafusholih sebelum beliau. Tidaklah beliau menyebutkan permasalah dalam agama kecuali beliau mengiringi dengan dalil dari al-Qur’an dan alhadits dan pendapat para salaf.
Kaum Muslimun Rahimani wa rahimakumullah!
Akhir kalam marilah kita bangkitkan semangat ber-ibadah dengan Ilmu, dan senantiasa mengiringi usaha dengan doa dan bertawakal. Semoga Allah memberikan bimbingan dan hidayah-Nya kepada kita dan kepada pemimpin negeri. Amin Ya Robbal Alamin.
videokeman mp3
Love Me – Justin Beiber Song Lyrics

Lirik "Love Me" Justin Bieber

Love Me – Justin Beiber Song and Lyrics Code

My friends say I’m a fool to think
That you’re the one for me
I guess I’m just a sucker for love
‘Cuz honestly the truth is that
You know I’m never leavin’
‘Cuz you’re my angel sent from above
Baby you can do no wrong
My money is yours
Give you little more because I love ya, love ya
With me, girl, is where you belong
Just stay right here
I promise my dear I’ll put nothin above ya. above ya
Love me, Love me
Say that you love me
Fool me, Fool me
Oh how you do me
Kiss me, Kiss me
Say that you miss me
Tell me what I wanna hear
Tell me you (love me)
Love me, Love me
Say that you love me
Fool me, Fool me
Oh how you do me
Kiss me, Kiss me
Say that you miss me
Tell me what I wanna hear
Tell me u love me
People try to tell me
But I still refuse to listen
Cuz they don’t get to spend time with you
A minute with you is worth more than
A thousand days without your love, oh your love
Baby you can do no wrong
My money is yours
Give you little more because I love ya, love ya
With me, girl, is where you belong

Listen to Songs: http://videokeman.com/justin-bieber/love-me-justin-beiber/#ixzz1EYxSgs

Hadits Mengenai Isnad

I. PENDAHULUAN

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Semoga kita di akhir kelak mendapat syafaatnya. Amien.

Hadits adalah pedoman umat Islam setelah Al-Quran, namun terlepas dari itu masih banyak umat Islam yang sedikit sekali pemahamannya tentang hadits. Oleh karena itu, pemakalah akan mencoba membahas ilmu hadits seputar hadits hasan, definisi, syarat, contoh, dan permasalahan-permasalahan yang mencakup hadits hasan. Namun sudah barang tentu makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, pemakalah sangat mengharapkan masukan, kritik, atau saran yang membangun untuk melengkapi kekurangan yang ada di makalah ini.

II. PEMBAHASAN

A. Definisi

Menurut bahasa adalah merupakan sifat musyabbah dari kata al-husn, yang berarti al-jamal (bagus). Sementara menurut istilah, para ulama’ mendefinisikan hadits hasan sebagai berikut,

a. Al-Khathabi, hadits hasan adalah hadits yang diketahui tempat keluarnya kuat, para perawinya masyhur, menjadi tempat beredarnya hadits, diterima oleh banyak ulama, dan digunakan oleh sebagian besar fuqaha.1

b. At-Tirmidzi, hadits hasan adalah hadits yang diriwayatkan, yang di dalam sanadnya tidak ada rawi yang berdusta, haditsnya tidak syadz, diriwayatkan pula melalui jalan lain.

c. Menurut Ibnu Hajar, hadits hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, kedlobithannya lebih rendah dari hadits shahih, sanadnya bersambung, haditsnya tidak ilal dan syadz.

d. Ungkapan yang senada dengan Ibnu Hajar juga diutarakan oleh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.2

Menurut Mahmud Tahhan, definisi yang lebih tepat adalah definisi yang diungkapakan oleh Ibnu Hajar, yaitu yang sanadnya bersambung, yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, namun tingkat kedlobithannya kuarang dari hadits shahih, tidak ada syudzudz dan illat.

B. Syarat Hadits Hasan

Adapun syarat hadits hasan sama dengan syarat hadits shahih, yaitu ada lima namun tingkat kedlobitanya berbeda.

a. Sanadnya bersambung,

b. Perawinya adil, lebih rendah dari hadits shahih,

c. Dlobith,

d. Tidak ada illat,

e. Tidak ada syadz,

Hadits hasan terbagi menjadi dua jenis: hasan lidzatihi (hasan dengan sendirinya) dan hasan lighairihi (hasan dengan topangan hadits lain).

Apabila hanya disebut “Hadits Hasan”, yang dimaksudkan adalah hadits hasan lidzatihi, dengan batasan seperti tersebut di atas. Dinamakan hasan lidzatihi, karena sifat kehasanannya muncul di luarnya. Dengan demikian, hasan lidzatihi ini dengan sendirinya telah mencapai tingkatan shahih dalam berbagai persyaratannya, meskipun nilanya sedikit di bawah hadits shahih berdasarkan ingatan para perawinya.

Hadits hasan lighairihi adalah hadits dloif yang memiliki sanad lebih dari satu. Sanad-sanad yang ada menguatkan sanad yang dloif tersebut. Ada juga yang mendefinisikan hadits hasan lighairihi sebagai hadits yang dalam isnadnya tersebut orang yang tidak diketahui keadaaanya, tidak biasa dipastikan kelayakan atau ketidaklayakannya. Namun ia bukan orang lengah yang banyak berbuat salah dan tidak pula dituduh berbuat dusta. Sedangakan matannya didukung oleh mutabi’ atau syahid.

C. Hukum hadits Hasan

Bisa dijadikan sebagai hujjah (argument), sebagaimana hadits shahih, meskipun dari segi kekuatannya berbeda. Seluruh fuqaha menjadikannya sebagai hujjah dan mengamalkannya, begitu pula sebagian besar pakar hadits dan ulama’ ushul, kecuali mereka yang memiliki sifat keras. Sebagian ulama’ yang lebih longgar mengelompokkannya dalam hadits shahih, meski mereka mengatakan tetap berbeda dengan hadits shahih yang telah dijelaskan sebelumya.

D. Contoh Hadits Hasan

Dikeluarkan oleh Tirmidzi, yang berkata:

“Telah bercerita kepada kami Qutaibah, telah bercerita kepada kami Ja’far bin Sulaiman ad-Dluba’i, dari Abi Imran al-Juauni, dari Abu Bakar bin Abi Musa al-Asyari, yang berkata: Aku mendengar bapakku berkata –di hadapan musuh–: Rasulullah SAW. bersabda: Sesungguhnya pintu-pintu surga itu berada di bawah kilatan pedang…”al-Hadits.

Hadits ini hasan karena empat orang perawi sanadnya tergolong tsiqoh, kecuali Ja’far bin Sulaiman ad-Dluba’i. jadilah haditsnya hasan.

E. Tingkatan dari Pernyataan: Hadits Shahih Isnad atau Hasan Isnad.

a. Pernyataan ahli hadits: ‘Hadits ini shahih isnad’ berbeda maknanya dengan pernyataan ‘ini hadits shahih’.

b. Begitu pula halnya dengan pernyataan mereka: ‘Hadits ini hasan isnad’ berbeda maknanya dengan pernyataan ‘ini hadits hasan’. Pernyataan (hadits ini shahih isnad atau hadits ini hasan isnad) karena sanadnya memang shahih atau hasan tanpa memperhatiakn matan, syudzudz maupun adanya illat. Apabila seorang ahli hadits mengatakan: ‘Hadits ini shahih’, itu berarti hadits tersebut telah memenuhi syarat-syarat hadits shahih yang lima. Lain lagi jika ia mengatakan: ‘Hadits ini shahih isnad’, itu berarti hadits tersebut memenuhi tiga syarat keshahihan saja, yaitu sanadnya bersambung, rawinya adil dan dlobith. Adapun tidak adanya syudzudz dan illat, berarti hadits tersebut tidak bisa memenuhinya. Karena itu tidak bisa ditetapkan sebagai hadits shahih ataupun hasan. Meski demikian, apabila seorang hafidh mu’tamad (dalam hadits) meringkas penyataan dengan: ‘Hadits ini shahih isnad’, sementara ia tidak menyebutkan adanya illat, maka berarti matanya juga shahih. Sebab, pada dasarnya hadits tersebut tidak memiliki illat maupun syudzudz.

F. Arti Pernyataan Turmudzi dan selainnya: ‘Hadits Hasan Shahih’

Kenyataan ungkapan seperti ini amat sangat sulit, sebab hadits hasan itu derajatnya lebih rendah dari hadits shahih. Maka, bagaimana menggabungkan keduanya sementara tingkatan keduanya berbeda?. Para ulama’ telah menjawab maksud dari pernyataan Tirmidzi dengan jawaban yang bermacam-macam. Yang terbaik adalah pernyataannya al-Hafidh Ibnu Hajar yang disetujui oleh as-Suyuthi. Ringkasannya sebagaimana berikut:

a. Jika haditsnya mempunyai dua buah sanad atau lebih, maka berarti hadits tersebut adalah hasan menurut shahih satu sanad, dan shahih menurut sanad lainnya.

b. Jika haditsnya mempunyai satu sanad, maka berarti hadits tersebut adalah hasan menurut satu kelompok, dan shahih menurut kelompok lainnya.

Jadi, seakan-akan orang yang mengatakan hal itu menunjukkan adanya perbedaan dikalangn ulama’ mengenai status (hukum) hadits tersebut, atau tidak memperkuat status (hukum) hadits tersebut (apakah shahih ataukah hasan).

III. KESIMPULAN

Ø Perbedaan dengan hadits shahih dengan hadits hasan adalah terletak pada tingkat kedlobithannya.

Ø Mayoritas ulama’ dan fuqaha sependapat tentang kehujjahan hadits hasan, yaitu hadits hasan dapat dijadikan hujjah.

IV. DAFTAR PUSTAKA

1. Tahlan, Mahmud, Taisir Musthalahul Hadits, Dar al-fikr, Beirut, tt.

2. Utsaimin, Muhammad bin Shalih, Syahrul Baiquniyah, Dar al-atsar, tt.

3. Mudasir, H, Drs, Ilmu Hadits,Pustaka Setia, Bandung, Cet ke-I Tahun 1999.

4. Shahih, subhi, Dr, Membahas Ilmu-ilmu Hadits,Terj, Pustaka Firdaus, Cet ke-VI, Jakarta, 2007

Hadits Mengenai 3 Ilmu yang Wajib Dipelajari

Dalam hadist di jelaskan" Al ilmu tsalatsatun wa ma siwa fahuwa fadlun, Ayatatun mukhamatun,Sunatun Qoimatun,au faridlotun adilatun"
Artinya: Ilmu itu ada tiga selain tiga itu adalah lebihan ( boleh dicari boleh tidak , dicari lebih utama), yaitu:
1. Ayat yang menghukumi (al Qur'an)
2. Sunnah yang tegak (Al hadist/ sunnah Nabi)
3. Ilmu bagi waris yang adil 
dari dalil di ats jelas bahwa ilmu yang wajib di cari ada tiga yaitu alqur'an al hadist, dan ilmu bagi waris. Khusus ilmu bagi waris sudah ada dalam qur' an dan hadist, jadi kita cukup mempelajari atau mengkaji qur'an dan hadist. Bila kita amalkan iNsyallah tidak berat, tidak memerlukan biaya yang besar, dan semua orang bisa mengamalkan dan mempelajarinya. Artinya tidak memberatkan. Sebenarnya kalau kita mau mengaji kita akan pandai dan terhindar dari bid'ah serta Taklid (mengikuti amalan tanpa tahu ilmunya) dan kita tidak akan asal mengartikan suatu dalil.

Hadits Mengenai Asmaul Husna

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang Telah mereka kerjakan. (al-A’raf:180)

Keyakinan bahwa Allah memiliki nama-nama yang indah adalah bagian dari iman kepada Allah swt. Ayat 180 dari surat al-A’raf di atas menegaskan aqidah asma’ ini. Ketidakimanan kepada adanya nama-nama bagi Allah merupakan penyimpangan (ilhad) dari nash al-Qur’an dan Sunnah.
Di antara penyimpangan terhadap nama-nama Allah adalah penolakan adanya nama bagi Allah, sebagaimana diyakini oleh kaum jahmiyyah. Atau meyakini adanya nama Allah tetapi nama ini tidak mengandung makna sifat, sebagaimana diyakini oleh kaum mu’tazilah (rasionalis Islam). Dan bahkan ada yang menjadikan beberapa asma’ Allah sebagai mantera untuk syirik.
Dalam masalah asma’ ada beberapa kaidah yang harus dipegang.
Pertama; Nama Allah semuanya adalah indah. Maknanya, nama-nama Allah semuanya berada dalam puncak keindahan, sebab mengandung makna sifat yang sempurna, tidak ada kekurangan sedikit pun. Sebagai contoh Allah bernama ar-Rahman, yaitu Allah maha pengasih yang luas, mengasihi orang mukmin atau pun kafir.
Kedua; nama-nama Allah harus ditetapkan berdasarkan kepada dalil, bukan dengan akal. Sebab iman kepada nama Allah termasuk ke dalam iman kepada Allah. Dalam masalah ini tidak mungkin akal bisa mengetahuinya tanpa dalil syara’.
Ketiga; Nama-nama Allah seluruhnya menunjukkan dan sifat yang terkandung di dalam maknanya, serta pengaruh yang ditimbulkannya jika sifat itu bersifat muta’addi (memiliki obyek).
Keempat; Nama-nama Allah tidak terbatas pada jumlah tertentu.
Jumlah nama Allah
Pada umumnya kaum muslimin beranggapan bahwa jumlah al-asma’ ul-husna ada 99 nama. Anggapan ini didasarkan kepada hadis nabi
تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, barangsiapa menghafalnya ia akan masuk ke dalam sorga (al-Bukhari dan Muslim)
Anggapan bahwa nama Allah ada 99 ini dikuatkan lagi dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, yang menyebutkan rincian nama-nama
إِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً غَيْرَ وَاحِدَةٍ مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ هُوَ اللَّهُ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ…. الْوَارِثُ الرَّشِيدُ الصَّبُورُ.
Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, barangsiapa menghafalnya ia akan masuk ke dalam sorga, Dialah Allah yang tiada ilah selain dari Dia, arrahman (Maha Pengasih), ar-rahim (Maha Penyayang)… , al-warits (yang Maha Mewarisi) ar-Rasyid (Yang Maha Menunjukkan) ash-Shabur (Yang Maha sabar) (HR at-Tirmidzi)
Di dalam hadis at-Tirmidzi tersebut disebutkan sebanyak 99 nama yang dianggap sebagai nama-nama Allah. Dimulai dari ar-Rahman hingga ash-Shabur. Nama-nama itu demikian kuat diyakini umat Islam, hingga dihafal, diadakan majelis untuk menghafal, disusun buku, bahkan disusun fadlilah asma’ul husna.
Sebagaimana kaidah keempat di atas, pemahaman terhadap hadis tersebut, dengan membatasi jumlah nama Allah 99 adalah tidak benar. Imam an-Nawawi, di dalam Syarh Shahih Muslim, ketika menjelaskan hadis di atas mengatakan; “Sesungguhnya hadis ini tidak membatasi nama-nama Allah. Makna hadis ini bukannya Allah tidak memiliki nama selain dari 99. Yang dimaksudkan adalah orang yang bisa menghafal 99 nama ia akan masuk ke dalam sorga. Hadis ini memberitakan bahwa orang yang hafal 99 nama akan masuk ke dalam sorga, bukannya membatasi nama Allah dengan angka 99 saja”.
Imam at-Tirmidzi sendiri, setelah menyebutkan hadis tersebut mengatakan, “Ini adalah hadis gharib, yang telah diceritakan kepada kami dari Shafwan bin Shalih oleh beberapa orang. Kami tidak mengenal hadis ini kecuali dari Shafwan, dan dia dinilai tsiqah oleh ahlul hadis”.
Apa yang disampaikan at-Tirmidzi maksudnya adalah hadis yang paling shahih yang menyebutkan nama-nama adalah hadis dengan sanad ini. Sanad hadis ini dari kepada Syu’aib sampai kepada Rasulullah saw adalah sama dengan yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari. Tetapi di dalam riwayat al-Bukhari tidak disebutkan rincian nama-nama tersebut. Padahal riwayat Imam al-Bukhari sama dengan yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, melalui beberapa jalan.
Dengan analisa perbandingan jalur sanad ini, bisa diduga bahwa tambahan ini sesungguhnya adalah keterangan seorang rawi setelah Syu’aib, yakni al-Walid bin Muslim. Tetapi murid-murid al-Walid menganggapnya sebagai bagian dari sabda Rasul. Dengan demikian, tambahan itu dinilai sebagai sebuah sisipan, atau idraj.
Ibnu Katsir dalam menjelaskan ayat 180 surat al-A’raf juga menjelaskan bahwa pemerincian nama-nama ini adalah sisipan dari penjelasan rawi. Sebab jika dkumpulkan pemerincian nama-nama itu, akan didapatkan nama yang berbeda-beda di antara para ulama’. Ibnu Majah misalnya, menyebutkan nama yang berbeda dengan yang diriwayatkan oleh a-Tirmidzi.
Dalam kasus seperti ini, sisipan ini harus ditinggalkan, dan dianggap bukan sabda Rasulullah saw. Yang dipegang adalah hadis dari Rasul, yakni sampai kata ”masuk ke dalam sorga”. Dan dengan itu pula semakin nyatalah bahwa nama Allah tidak terbatas pada 99 nama.
Tentang tidak terbatasnya jumlah nama Allah ini pada angka 99, Rasulullah saw bersabda di dalam do’a beliau
أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ،
Aku meminta kepadaMu dengan seluruh nama-namaMu (yaitu) yang Engkau namakan diri Engkau dengan nama tersebut, atau yang Engkau turunkan di kitabMu, atau yang Engkau ajarkan kepada kepada salah satu hambaMu (HR Ahmad)
Hadis ini menjelaskan bahwa ada nama yang hanya diketahui oleh Allah, ada yang disebutkan di dalam al-Qur’an dan kitab-kitab yang lain. Hadis ini memperkuat pemahaman bahwa disebutkannya angka 99 di dalam suatu hadis bukanlah sebagai pembatasan jumlah nama Allah.
Kalaupun at-Tirmidzi menyatakan bahwa hadis yang menyebutkan rincian nama-nama Allah adalah shahih, tetapi ternyata bertentangan dengan hadis-hadis lain yang lebih kuat. Jika demikian, maka hadis at-Tirmidzi bisa dikategorikan sebagai hadis syadz (ganjil)
Di antara nama-nama Allah
Untuk lebih mengenal asma’ Allah, berikut ini disebutkan beberapa contoh nama-nama Allah. Sekaligus bagaimana cara menetapkannya dari al-Qur’an dan sunnah, serta mengimaninya
1- Allah, sebagaimana firman Allah:
اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ
Dialah Allah, tiada ilah yang berhak disembah melainkan Dia (al-baqarah:255)
Ini adalah nama Allah yang terindah dan paling agung, nama yang khusus hanya untuk Allah dan tidak boleh diberikan kepada selainNya. Di dalam al-Qur’an, nama ini disebutkan lebih dari 2600 kali.
2 dan 3- Arrahman dan arrahim
لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ
Tiada ilah melainkan Dia, ar-Rahman ar-Rahim (al-Baqarah:163)
Kedua nama ini berakar pada kata rahmah, kasih sayang. Kata ar-Rahman memiliki makna lebih dari kata ar-Rahim. Perbedaannya, ar-Rahman berarti Pemilik kasih sayang yang luas mencakup segala sesuatu, sedangkan ar-Rahim berarti memberikan kasih sayang kepada makhlukNya yang Dia kehendaki. Segala pemberian Allah, seperti kesehatan, harta, anak dan lain-lain berkaitan dengan kedua sifat ini. Pemberian Allah di dunia, yang tanpa memandang mukmin atau kafir, adalah perwujudan sifat ar-Rahman, sedangkan pemberian di akhirat, nikmat yang sempurna adalah wujud dari sifat ar-Rahim
4- Al-Jamil
إِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
Sesungguhnya Allah itu Jamil, (maha indah), Dia mencintai keindahan (HR Muslim)
Al-Jamil artinya Maha Indah, indah dzatNya, sifatNya dan af’alNya. Setiap keindahan di dunia ini, adalah pengaruh dari keindahan Allah. Keindahan Allah tak terperikan, sehingga kemikmatan tertinggi di sorga adalah menatap wajah Allah dan menyaksikan keindahanNya. Saat itulah seorang hamba akan menikmati puncak keindahan hingga lupa kepada segala nikmat yang pernah diterimanya.
5- Al-Witir
Di antara nama Allah adalah al-witir, sebagaimana hadis nabi;
إِنَّ اللهَ وِتْرٌ بُحِبُّ الْوِتْرَ
Sesungguhnya Allah itu Witir (ganjil), Dia menyukai yang ganjil (HR al-Bukhari dan Muslim)
Al-Witir artinya adalah ganjil, esa, tidak memiliki sekutu, tidak ada bandingnya dan tidak ada yang setara denganNya